"PROSES KEMATIAN MANUSIA PADA CERITA SWARGAROHANA PARWA"


SWARGAROHANAPARWA
credit google.com/wayangku.id

Pertama harus kita sadari bahwa dalam ajaran agama Hindu sangat penting untuk menyadari bahwa di dalam dunia ini tidak ada yang bersifat kekal, semua akan menemukan kematian mengikuti hukum Rta yaitu stiti, upeti dan pralina yang kita kenal dengan Tri Kona atau tiga kemahakuasaan Tuhan. semua yang terlahir di dunia ini maka kematiannya adalah pasti, entah itu binatang, tumbuhan dan manusia. sebagai manusia ketika kita menyadari bahwa kematian adalah pasti, maka setidaknya kita bisa mempersiapkan diri secara spiritual dalam menyambut sebuah kematian. 

sekarang mari kita bahas Bagaimana proses kematian yang dialami oleh manusia dikaji dari swargarohana parwa.
secara filsafat kerohanian, pertama tama mari kita menggambarkan bahwa pandawa dan dropadi adalah simbol dari manusia materi. pandawa adalah simbol dari purusha atau dunia rohani dan dan dropadi adalah simbol dari dunia materi atau prakerti.
manusia di dunia ini terikat oleh dunia materi, itu tidak bisa di hindarkan, bahkan dalam melaksanakan dharma, materi sangat dibutuhkan, maka dalam hindu kita memiliki 4 tujuan yang sering kita kenal denan catur purusaartha yaitu melaksanakan dan menegakan dharma, memperoleh artha, melakukan kama (kesenangan) dan moksa atau membebebaskan diri dari ikatan duniawi. 

mengingat kedudukan wanita dalam hindu sangat penting, seperti yang kita alami sekrang ini, wanita dikeluarga menjadi inti dari terlaksanaanya upacara yadnya, wanita mejaitan, membuat banten dll itu semata-mata untuk melakukan yadnya dan menjalankan dharma. jadi di dalam dunia materi ini, wanita memegang peran penting dalam tegaknya dharma. bahkan sastra-sastra suci weda manawa dharmasastra III Sloka 56 menyebutkan bahwa :

'Ramantre Tatra dwatah
yatra naryastu pujyante
yatraitastu na pujyante
sarwastrapalah kriyah"

artinya :
dimana wanita dihormati, disanalah dewa-dewa merasa senang. dan dimana wanita tidak diormati tidak ada upacara suci apapun yang berpahala'

hal ini juga menjadi gambaran bagaimana perang kuruksetra terjadi disebabkan oleh salah satunya adalah melecehkan wanita, dimana saat itu duryodhana melakukan penghinaan terhadap dropadi.
hal ini juga kita dapat lihat ketika kita tidak melecehkan wanita maka disana akan terjadi kehancuran.

lalu bagaimana manusia menuju proses kematian dalam swargarohana parwa?
mari kita mengingat kemabali tentnag kekuasaan raja yudhistira pasca perang dengan korawa.  dalam priode waktu tertentu, Yudhistira dan saudaranya menjadi raja astinapura, kekeuasaan kerajaan astinapura saat itu menggema di seluruh penjuru dunia, astabratha atau 8 sikap kepemimpinan yang  dijalankan oleh raja yudhistira menjadi kekuatan dari Hastinapura. raja Yudhistira selalu menjalankan pemerintahannya dalam rel dharma, sampai pada akhirnya raja yudhistira menyerahkan kekuasaanya kepada cucunya parikesit, yaitu anak Abhimayu.

setelah menyerahkan kekuasaan kepada cucunya parikesit, pandawa dan dropadi mengasingkan diri ke hutan dan menjadi sanyasa. mereka menjelajahi hutan dan mulai berporses untuk lepas dari ikatan keduniawian. mereka mendaki puncak gunung kailash tempat para dewa untuk menyucikan diri. pendakian inilah yang menjadi proses kematian para pandawa dan istrinya drupadi.  

Pandwa dan dropadi mulai melakukan pendakian dan ditemani oleh seekor anjing yang mereka temukan di hutan. saat melakukan pendakian kepuncak gunung, pada pendakian itu dropadi yang pertama terjatuh dan meninggal, setelah itu para pandawa melanjutkan pendakiannya, di pertengahan jalan, bima juga mengalami hal yang sama, bhima terjatuh dari gunung dan meninggal tidak lama kemudian arjuna pun bernasib sama, arjuna tidak kuat melanjutkan perjalanan ke puncak gunung dan akhirnya jatuh. 
tinggalah yudhistira dan saudara kembarnya, nakula dan sadewa mereka bertiga melanjutkan perjalanan dan ketika puncak gunung sudah mulai nampak nakula dan sadewa pun terjatuh dan mengalami kematian, kini tinggalah Yudhistira dan seekor anjing yang menemaninya. yudhistira dengan perlahan dan di ikuti oleh seekor anjing itu melanjutkan pendakian dan akhirnya sampailah di puncak kailash. yudhistira di sambut oleh para dewa dan menghantarkannya ke swarga para dewa. namun para dewa tidak memberikan izin kepada anjing yang dibawanya untuk ikut ke sorga. 
yudhistira mengatakan kepada para dewa bahwa selama dalam pendakian menuju puncak kailash, anjing itulah yang menemaninya, jadi jika anjing itu tidak dibolehkan masuk ke swarga, maka diapun tidak mau pergi ke swarga. 
dalam keadaan demikian anjing yang dibawanya itu menunjukan wujud aslinya yang sebenarnya itu adalah ayahnya sendiri yaitu dewa dharma, dewa dharma mengatakan bahwa yudhistira pantas menuju swarga atas dhrama yang selalu ditegakannya. akhirnya sudistira di dampingi oleh para dewa menuju swarga. 
sampai di indraloka, dia sangat terkejut menyaksikan bahwa duryodana dan para korawa lainya yang selama hidup di bumi banyak menentang dharma dan melakukan adharma, berada di indraloka dan mendapatkan swarga yang begitu indah. yudhistira sangat kebingungan dengan keadaan ini, dan dia menanyakan keberadaan dari arwah kempat saudara dan istrinya. dewa yamapun menuntun Yudhistira menemui saudara-saudaranya.
dia sangat terkejut menyaksikan saudara-saudaranya tersiksa di dalam palung neraka, mereka menjerit kesakitan oleh siksa neraka. melihat keadaan ini, yudhistira sangat putus asa dan memohon kepada dewa yama untuk menempatkan dirinya bersama saudaranya dan merasakan siksa neraka atas kesalahannya. dewa yama tidak mengizinkan hal itu, namun yudhistira tidak mau kembali ke indraloka yang dia saksikan dang berikeras ingin tetap berada di neraka bersama saudaranya. dengan keteguhan hatinya itu akhisnya tempat neraka yang dia saksikan itu berubah menjadi tempat yang indah seindah swargaloka rumah para dewa, dan disana lah kelima saudara dan dropa tinggal dalam kebahagiaan, dan akhirnya swarga yang dirasakan para korawa berubah menjadi neraka yang mengerikan. 

Di dalam proses kematian para pandawa itu saat menuju puncak kailash disanalah digambarkan proes kematian manusia pada umumnya. dalam pendakian menuju swarga itu, dropadi adalah yang pertama meninggal. artinya seorang manusia ketika akan menemukan ajalnya, maka segala bentuk materi yang dimilikinya akan dipaksa untuk di tinggalkan, bisa kita bayangkan orang yang akan menemukan ajalnya, apkah dia dapat merasakan mobil mewah, rumah mewah, dan kemewahan lainnya tentu tidak, maka dunia materi harus di tinggalkan. setelah dropadi, bhima akhirnya meninggal. bhima adalah simbol tenaga (bayu) Bima juga meninggal setelah dropadi. artinya ketika tubuh sudah tua renta, tenagapun tidak ada lagi, hanya berbaring di tempat tidur, yang masih bisa berfungsi adalah fikiran panca indra saja namun tidak efektif karena tidak ada tenaga atau Bayu.
berikutnya adalah arjuna. arjuna di gambarkan sebagai lengan dan kaki, dan pada akhirnya orang yang renta dan menuju kematian sangat sulit bahkan tidak bisa untuk menggerakan tangan dan kakinya.
selanjutnya saudara kembar Nakula dan Sadewa disimbolkan sebagai idria mata dan telinga. kita dapat menyaksikan ketika sudah di ambang kematian seseorang tidak dapat mendengar dan melihat dengan jelas, dan ketika indria itu tertutup disanalah terjadi kematian secara jasmani. dan meinggalnya Nakula dan Sadewa dalam perjalanan menuju dunia rohani menggambarkan bahwa alam jasmani manusia sepenuhnya ditinggalkan.
yang terakhir tinggalah yudhistira dan seekor anjing, Yudhistira adalah simbol subhakarma dan anjing disimbolkan sebagai Asubhakarma. mengapa yudhistira dan sang anjing dapat swarga.? dalam hal ini kita harus mengetahui bahwa ketika manusia mengalami kematian secara jasmani maka yang kekal adalah hasil dari karmawasana yang dilakukan oleh jiwa saat mendiami tubuh jasmani ketika manusia itu hidup, akhirnya ketika tubuh rohani meninggalkan tubuh jasmani yang kita sebut dengan kematian itu, maka tubuh rohani tidak membawa apa apa menuju brahman, namun hanya membawa karma wasana, dan karma wasana itu adalah subha dan subhakarma atau perbuatan baik dan perbuatan buruk, maka dari itu. Yudhistira ketika diminta untuk meninggalkan anjing yang mengantarnya dia tidak mau karena subha dan asubhakarma tetap ada dalam dirinya sebagai manusia. dan akhirnya asubhakarma itupun mendapatkan hukumnya yaitu yudhostira sempat menginjakn kaki di neraka dan mersakan kepedihan melihat saudara saudaranya tersiksa dalam api neraka. 

kita dapat menyimpulkan bahwa kita sebagai manusia berada dalam lingkaran Tri Kona, dan ketika menjalankan hidup di dunia ini. maka gunakanlah kesemptan hidup di dunia ini semata mata hanya untuk melakukan kebaikan. mungkin dalam dunia ini kita bisa sembunyi dari kesalahan kita dan melakukan pembenaran atas kesalahan kita, namun ingatlah bahwa hukum Rta tidak membedakan dan selalu adil tanpa konspirasi. hehehe. 
demikian ringkasan cerita dari buku terakhir mahabharata yaitu swargarohana parwa dan bagimana proses kematian manusia yang dapat saya gambarkan dalam cerita swargarohana parwa itu.


tan hana manusia sempurna (tidak ada manusia sempurna di bumi ini)
tan hana wong ayu lulus (tidak ada manusia yang hidupnya lancar-ancar saja, pasti pernah melakukan kesalahan)
maka dari itu jika ada hal-hal yang tidak berkenan di hati, maka dengan rendah hati saya mohon maaf. 
akhir kata saya haturkan om santih santih santih om.

Untuk Ulasan dalam bentuk storytelling dapat di saksikan di https://youtu.be/fLckrijV598
Sarani Dharma Chanel




Komentar