KOMUNIKASI UMAT HINDU YANG MULTICULTURAL DALAM PRAKTEK BERAGAMA HINDU. Oleh: I Wayan Astraguna #Tulisananakbelog

Keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaaan Tuhan tidak dapat menyampingkan agama dalam kehidupannya, meyakini suatu agama menjadi suatu hal yang mencirikan bahwa manusia meyakini kebenaran akan adanya Tuhan, maka dari itu manusia disebut juga dengan Animal-religius.
 Dalam setiap agama, setiap umatnya memilki cara tersendiri dalam mengamalkan ajaran agama tersebut berdasarkan kebiasaan, hukum adat dan berdasarkan kebudayaan umatnya, demikian halnya dalam agama Hindu. Agama hindu di kenal dunia karena praktek beragamanya yang penuh dengan kegitan ritual dalam bentuk upakara yadnya. Pelaksanaan praktek beragama ini berdasarkan desa, kala dan patra namun esensi dalam setiap kegiatan upakara itu tidak terlepas dari ajaran agama hindu itu sendiri.
Agama hindu sering disebut sebagai suatu agama yang fleksibel, dimana tidak ada pengekangan akan suatu aturan baku dalam menjalankan ajaran agama, dalam bentuk praktek beragama namun semasih uamt menjalnkan ajaran agama dengan tidak menyimpang dari nilai agama dan etika, itu tetap di benarkan.
Mengingat bahwa agama hindu adalah agama yang umatnya multikultural, maka praktek beragama di sesuaikan dengan apa yang menjadi kebiasaan serta budaya umatnya pada suatu tempat.
Multikultural yang dimaksudkan adalah masyarakat yang tersusun dari berbagai macam kebudayaan, termasuk di dalamnya terdapat keragaman bahasa, keragaman adat, keragaman pola, keragamam etnik dan keragaman agama (Kolip,2011:553) multikultural dalam agama hindu dimaksudkan adalah adanya keragaman umat hindu yang dilihat dari keragaman, budaya, bahasa, etnis, tata cara, adat istiadat dan lain sebagainya.

Praktek beragama dalam agama hindu yang multi kultur dimaksudkan adalah karena adanya berbagai macam kebudayaan dalam agama hindu, seperti misalnya budaya suku bali, suku bugis, suku toraja, suku jawa, suku daya dan lain yang semuanya ini memilki tata cara tersendiri dalam mengekspresikan ajaran agama maka disinilah diperlukan sebuah interaksi budaya agar terciptanya saling pengertian antar budaya satu dengan lainnya, untuk itu sebuah model komunikasi sangat diperlukan. Dengan sebuah model komunikasi praktek budaya yang dilakukan dalam menghiasai praktek beragama dapat dipahami dengan baik oleh umatnya. Model komunikasi di pahami sebagai cara mengidentifikasi, cara menggambarkan atau mengategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses komunikasi (hafied,2012:43).
'Bagaimana Model Komunikasi dalam Praktek Agama Hindu Multikultural"
Sebelum lebih dalam masuk kedalam pokok pembahasan, adakalanya kita mengenal dulu apa itu 'Agama' ? karena terkadang agama banyak diperbincangkan dan bahkan hampir seluruh penduduk di Indonesia ini mengaku memluk sebuah 'Agama' NAHHH untuk itu mari kita sedikit belajar untuk mengetahui apa Itu "AGAMA"
Secara etimologi, agama berasal dari bahasa sansekerta yang berasal dar kata ‘A’ yang artinya tidak dan ‘gam’ artinya pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, dengan sinonim tidak pergi memilki arti ‘kembali’ jadi berdasarkan pengertian tersebut, agama dapat diartikan sebagai suatu jalan untuk menuju kepada Tuhan Yang Maha esa.
Dalam kenyataannya agama sesungguhnya berkaitan dengan keberadaan manusia untuk mengukur keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama juga dapat membangkitkan kebahagiaan bhatin yang paling sempurna.
Dalam tataran fungsi, agama dipandang sebagai seperangkat keyakinan yang sakral dan mutlak, yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, mansia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan. Studi agam seperti ini bersifat normatif. Atau dengan kata lain menggunakan pendekatan yang bersifat tekstual. Dalam dimensi agama diletakan sebagai standar acuan sopan santun tingkah laku sosial budaya. Agama dipandang sebagai pusat-pusat orientasi nilai dan memiliki kebenaran analisis idologis (Budi.2013:11)
Dalam kehidupan beragama di kita mengenal yang sering disebut dengan tindakan beragama yang dikenal dengan prilaku beragama, jadi agama jika dipandang sebagai suatu yang menjadi hal yang harus dipedomi, maka prilaku beragama sesungguhnya benar danya, prilaku beragama dapat didifinisikan sebagai suatu tindakan umat beragama yang berorientasi kepada suatu bentuk prilkau beragama dalam meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan.
Dalam agama hindu, kita memilki sebuah kerangka dalam melaksanakan ajaran agama, yang disebut dengan tri kerangka dasar agama hindu yaitu tatwa, susila dan upakara. Kerangkan dasar dalam agama hindu memberikan rambu-rambu nilai kepantasan dalam menjalankan ajaran agama. Tattwa yang diyakini sebagai suatu ajaran mutlak dalam agama hindu yanitu panca sradha merupakan pondasi awal dalam menjalankan agama, karena tattwa berhubungan dengan nilai-nilai ketuhanan yang berhubungan dengan keyakinan. Dalam tataran tatwa, agama diyakini dan bertndak sebagai suatu dogma.
Susila dalam ajaran agama hindu dipandang sebagai suatu tindakan yang bernilai, yang berhubungan dengan prilaku beragama dalam tataran etika yang dapat juga memiliki korelasi dengan suatu kehidupan sosial. susila menekankan pada sutau sikap yang baik dalam melaksanakan suatu ajaran agama.
Upakara dalam tri kerangka dasar agama hindu memiliki peran penting dalam melaksanakan suatu kegiatan keagamaan, hal ini berhubungan dengan praktek beragama. Memperaktekan agama dalam suatu kehiduapn sosial yang berhubungan dengan media dan simbol, maka tentu hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat di doktrin menjadi suatu keharusan dalam keseragaman melaksanakan praktek beragama.
Dalam tataran upakara, berhubungan dengan praktek beragama sesungguhnya sangat salah bila menekankan pada suatu keseragaman, hal ini di picu karena perbedaan kebuadayaan. jika di pandang dari sudut pang budaya, dalam arti luas kita pahami bahwa setiap manusia memiliki budaya yang berbeda walaupun dia berada pada posisinya sebagai makhluk sosial maupun makhluk individu, dimana jika merajuk pada suatu pemahaman budaya yang dikemukakan oleh koentajaninggrat bahwa budaya  adalah merupakan hasil karya, ciptal rasa dan karsa manusia maka sesungguhnya dalam suatu sistem sosial termasuk agama sesungguhnya tidak perlu menekankan kepada suatu keseragaman praktek beragama, karena melaksanakan ajaran agama adalah merupakan suatu kewajiban yang dilakukan oleh umat beragama dan tidak perlu adanya intervensi dari orang lain terhadap seseorang dalam melaksanakan praktek beragama selama praktek beragama tersbut beretika berdasarkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial. pelaksanaan ajaran agama sesungguhnaya tidak dapat berjalan dengan baik jika suatu pola fikir masih bersifat kaku dan enggan untuk mengikuti peradaban. Agama sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai rasa, dimana biasa disebutkan bahwa agama dengan menggunakan rasa.
Di indoneisia misalnya kita melirik pada satu agama yanitu agama Hindu, agama hindu yang terkenal dengan praktek ritual dalam mengekspresikan prilaku beragama memilki berbagai macam bentuk budaya, maka dalam praktek beragama dalam agama hindu dapat disebut dengan agama multikultural. Dimana dalam agama hindu tersebar berabagai budaya yang dimilki oleh orang individu atau individu yang berada pada suatu sistem sosial dan melaksanakan suatu praktek beragama. 
"NAHHHH kita sudah dapat mengetahui sedikit tentang apa itu "Agama", berbagai macam agama di Indonesia memiliki tatacara dalam pelaksanaan ajaran agamanya, bahkan dalam satu agamapun memiliki tatacara pelaksanaan agamanya dengan budaya yang berbeda, demikian juga dalam Agama Hindu, melihat pemeluk agama Hindu memiliki Budaya yang berbeda, tentu akan menimbulkan praktek beragama yang berbeda, dengan demikian sebelum melihat kemajemukan lebih dalam dalam sisi budaya, ada baiknya kita mengenal sedikit apa yang disebut dengan Multicultural"
APA ITU MULTICULTURAL ...??
Multikultur berarti beraneka ragam kebudayaan, masyarakat multikultur berarti masyarakat yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kebudayaan. Istilah multikultur ini telah membentuk sebuah idiolgi yang disebut dengan multikulturlisme, dengan demikian, multikulturlisme merupakan paham yang menganut asas keragaman sosial budaya yang dianut oleh suatu bangsa, sehingga pengertian multikulturlisme sama dengan kemajemukan, atau pluralisme bangsa (Kolip,2011:552)
Pemahaman tentang multikulturlisme ialah kebudayaan. Pengertian kebudayaan diantara para ahli harus dipersamakan atau setidak-tidaknya tidak dipertentangkan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Multikulturlisme adalah konsep yang menjelaskan dua perbedaan dengan makna yang saling berkaitan. Multikulturalisme sebagai kondisi kemajemukan kebudayaan atau pluralisme budaya dari suatu masyarakat, kondisi ini diasumsikan dapat membentuk suatu sikap toleransi (Alloliliweri.2005:68)
Berbagai macam definisi tentang kebudayan itu memilki makna yang sama, di indonesia pengertian kebudayaan yang paling terkenal adalah yang dikemukakan oleh selo soemardjan soeleman sumardi dimana kebudayaan adalah hasil karya, cipta dan rasa masyarakat. semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagai besar atau seluruh masyarakat (Suyomukti,2010:429)
Berdasarkan pengertian kebudayaan di atas,bahwa dapat diketahui setiap individu memilki kebuadayaan baik dia berada pada golongan sosial, maupun berada pada suatu sistem sosial yang disebut dengan masarakat. Dalam dalam setiap kelompok sosial tentu adanya berbagai macam kebudayaan, karena keberadaan setiap kelompok sosial terdiri dari beberapa individu yang mana setiap individu memilki budayanya sendiri.
demikian sedikit ulasan tentang Multicultural, berikutnya saya akan membahas bagaimana praktek agama Hindu yang dilakukan oleh umat hindu yang Multicultural..? saya akan membahas dari sisi "komunikasi"
"KOMUNIKASI UMAT HINDU YANG MULTICULTURAL DALAM PRAKTEK BERAGAMA HINDU
Jika kita berbicara tentang agtama hindu, kita mengenal yang namnya upakara sebagai suatu implementasi dalam beragama. Pelaksanaan upakara sebagai suatu implementasi dalam beragama ini dijalankan dalam bentuk ritual-ritual keagamaan. Agama hindu kita kenal dengan agama yang berbudaya, maka dari itu sesungguhnya dalam melaksanakan praktek beragama, bukanlah berdasarkan pada satu budaya saja.
Bali misalnya yang menjadi suatu cerminan pelaksanaan praktek beragama dalam agama hindu cukup kental sehingga ketika berbicara tentang agama hindu maka orang akan mengenal agama hindu yang penuh dengan kegiatan ritual keagamaannya yang khas dan kental akan budaya bali. Namun pemahaman terbut hanya pemahaman sebelah mata, dimana kita perlu menelaah lebih jauh bahwa sesungguhnya agama hindu bersifat fleksibel dan dapat diselimuti oleh budaya mana saja. Maka dalam agama hindu di indoneisa kita tidak dapat kaku bahwa agama hindu di jalankan dalam praktek beragama seperti di bali, karena agama hindu di indoensia dianut oleh individu yang berasal dari berbagai macam budaya, bahasa, sukua, adat dan sebagainya seperti pelaksanaan agama hindu di jawa, tentunya dengan menggunakan budaya jawa dan tidak akan efektif menggunakan                                                
 budaya yang ada di bali, begitu juga pelaksanaan agama hindu di kalimantan tentu dilaksanakan sesungi dengan budaya orang kalimantan, disulawesi selatan juga pelaksaanaan praktek beragama tentu sesuai dengan budaya yang ada di sulawesi selatan dan lain sebagainya. Maka dari itu sesungguhnya agama tidak boleh kaku dan agama mengikuti perkembangan prilaku berbudaya karena praktek beragama sesungguhnya di hiasi oleh budaya.
Agama secara normatif terlalu jauh dari hasrat untuk melakukan penekanan-penekanan baik inter maupun antar umat beragama. Karena selain mengutamakan religi agama juga mengajarkan moralitas. Ini menunjukan bahwa agama adalah sumber nilai dan norma moral penting dalam berbagai praktek kehidupan manusia (Budi Utama, 2013 :1)
Dalam ajaran agama hindu, pelaksanaan agama yang diimplementasikan dalam suatu bentu ritual keagamaan dan pelaksanaan ritual keagamaan ini dilandasi dengan ajaran etikan dan nilai-nilai moralitas. Jadi dalam mendapatkan nilai-nilai etika serta moralitas ini suatu kehidupan sosial memilki peran penting di dalamnya.
Jika demikian adanya, maka pelaksanaan ajaran agama dalam agama hindu disesuaikan dalam konteks desa, kala dan patra. Artinya karena dalam agama di anut oleh berbagai macam individu yang meiliki latar belakang budaya yang berbeda, maka pelaksanaan praktek beragama harus dapat tertuang dalam bentuk akulturasi budaya dalam sebuah interaksi budaya yang di ikat dengan suatu sikap toleransi dalam beragama antar budaya.
Agama dalam suatu suatu sistem sosial, tentunya merupakan suatu suatu fenomena dalam kehidupan sosial, dimana agama berada pada tatanan sosial dan pelaksanaan ajaran agama itu berdasarkan kebiasaan yang terdapat dalam suatu sistem sosial yang berdekatan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Namun pada kenyataannya berdasarkan pandangan Wayan Budi Utama dalam bukunya ‘Agama dalam Praksi Budaya” mengungkapakan bahwa manusia dewasa ini makin sadar bahwa seluruh krisis di bumi ini tidak hanya disebabkan oleh alasan material, namun justru lebih pada suatu sebab-sebab transendental, dalam dunia modern seperti sekarang ini, tidak lagi memilki horizon spiritual. Manusia modern melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang pinggiran eksistensi, tidak pada pusat spiritual dalam diri individu, sehingga orang sering lupa akan dirinya bahwa ia adalah merupakan makhluk yang religius.
Perhatian yang lebih terpusat pada dunia material memang telah memberikan kemajuan yang sangat mengagumkan, tetapi secara kualitatif dan seluruh tuajuan hidup ternyata sangat dangkal.
Merujuk pada Hidayat dalam (Budi Utama, 2013:38) dekendasi atau kejatuhan manusia saat ini telah kehilangan pengetahuan akan dirinya dan menjadi sangat tergantung pada pengetahuan eksternal yang tidak memiliki sebuah korelasi dengan dirinya.
Dari pendapat diatas bahwa dapat dikatakan bahwa kecendrungan ini terjadi karena rasionalis yang menyertai miodernitas telah menciptakan skularisasi kesadaran dan memperlemah fungsi kanopi suci agama dari dominan kehidupan para pemeluknya, sehingga menimbulkan ketidak berartian pada diri seorang manusia modern.
Keadaan seperti ini  akan mengakibatkan kemunduran nilai-nilai religius dalam kehidupan manusia, dan bila hal ini terjadi secara terus menerus maka akan terjadi degredasi moral yang dapat mengakibatkan hancurnya suatu tatanan sosial dan suatu sistem sosial yang akan menggrogoti hancurnya segala sendi-sendi kehidupan.
Dalam permasalahan ini sebuah interaksi dalam suatu sistem sosiasial sangat diperlukan interaksi dapat dilakukan dengan melakukan sebuah proses komunikasi. Dalam praksi agama dan budaya, komunikasi dapat dilakukan dalam meningkatkan kembali kadar religius dan mengembangkan budaya sebagai penyelimut kehidupan sosial dalam beragama.
Komunikasi secara umum dipahami sebagai suatu proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada komunikan dan pesan yang disampaikan dimaknai sama oleh komunikator dan komunikan sehingga menimbulkan suatu kesamaan pengertian akan maksud dan isi pesan sehingga tercapainya suatu tujuan komunikasi tersebut.
Dalam  kehidupan beragama, khususnya dalam agama hindu yang diimplementasikan dengan berbagai bentuk kebudayaan sehingga dikatakan sebagai agama yang multikultur, maka hal ini memerlukan sebuah proses komunikasi dalam mengimplemntasikan ajaran agama sehingga tidak terjadi salah perspektif dalam suatu pandangan masyarakat yang memiliki budaya yang berbeda sehingga melaksanakan suatu ajaran agama dapat dilakukan dengan baik penuh dengan nilai etika dan moralitas.
Dalam mewujudakan suatu prilaku agama yang baik dalam suatu masyarakat multikultur,maka dalam perspektif komunikasi memerlukan yang namanya model komunikasi. Pengertian model dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pola dari suatu yang akan dibuat (Marhiyanto, 2010 : 325). Sementara itu, Rosdiani (2012 : 4) menyatakan bahwa model merupakan representasi dari suatu abstraksi realistis, model merupakan gambaran tentang sesuatu, bagaimana hendaknya dan atau bagaimana adanya sesuatu itu. Model dirancang untuk menjelaskan aspek-aspek sesuatu persoalan atau ruang lingkup persoalan, dan dapat menjelaskan pula hubungan-hubungan yang penting.
Selanjutnya kata komunikasi atau Communication  dalam bahasa inggris berasal dari kata latin Comunis yang berarti “sama”, comunico, comunicatio, atau comunicare yang berarti “membuat sama”. Istilah Comunis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan akar dari kata latin lainnya yang mirip (Mulyana, 2012:46).
Demikian pengertian komunikasi yang berasal adri akar kata komunikasi itu sendiri, namun persoalan yang memberikan pengertian tentang komunikasi itu muncul karena banyaknya para ilmuan yang memberikan pengertian komunikasi berdasarkan bidang ilmunya. Hal ini terjadi karena banyaknya bidang ilmu yang memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi.
Secara sederhana komunikasi menurut Harold. D Lasswel ialah mengenai siapa yang menyampaikan?, apa yang disampaikan ?, melalui saluran apa ?, kepada siapa ?, dan apa pengaruhnya ?
Demikianlah secara sederhana tentang definisi komunikasi, namun pemahaman tentang komunikasi tidak seperti itu adanya, maka dalam pendapat Lasswel di atas mendapat kritikan dari Steven yang memberikan definisi tentang komunikasi secara lebih luas yang menyatakan bahwa komunikasi terjadi kapan saja, suatu organisme memberikan reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya (Hafied,2012:21).
Kedua definisi komunikasi di atas merupakan suatu definisi yang sesungguhnya memiliki kesamaan karena secara sederhana di terangkan oleh lasswel dan secara meluas tentang komunikasi itu di jelaskan oleh Steven. Namun dengan kedua pandangan ini munculah berbagai macam definisi tentang komunikasi yang di sumbangkan melalui pemikiran para ahli menurut dengan bidang ilmunya masing-masing.
Kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan dirinya pada komunikasi anatar manusia memeberikan definisi komunikasi di mana komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan 1) membangun hubungan antar sesama manusia, 2) melalui pertukaran informasi, 3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, 4) berusaha merubah sikap dan tingkah laku tersebut (hafied,2012:22)
Dari definis di atas dapat dicermati bahawa kelompok sarjana komunikasi ini mengutamakan sebuah proses komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dalam mengatur lingkungannya manusia hendaknya melakukan komuniksai antar sesama manusia. Komunikasi sebagai integrator sosial di kemukakan oleh Colin Cherry dan merumuskan komunikasi sebagai suatu pembentuk satuan sosial yang terdiri dari individu-individu melalu penggunaan bahasa dan tanda. Pendapat dari Colin mendapatkan dukungan dari Edwin Neimen yang mendivinisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang di ubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2013:26)
Dari definisi di atas, penulis memberikan pengertian komunikasi di lakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial yaitu bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi dari komunikator kepada komunikan dalam suatu lingkungan sosial dan memberikan satu kesamaan makna pesan sehingga menjadi kesamaan pengertian antara pengirim pesan dan penerima pesan.
Jadi model komunikasi dapat diartikan sebagai suatu pola yang digambarkan untuk menjelaskan suatu realitas yang abstrak maupun nonabstrak dari suatu proses komunikasi. Model komunikasi dalam suatu kehidupan sosial bearagama khusnya dalam agama hindu yang berdifat multikultur, dapat tunjukan dalam sebuah model komunikasi yang digambarkan sebagai berikut :
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< UMPAN BALIK>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 SUMBER >>>>>ECONDING>>>>>TRANSMISI>>>>>>DECONDING>>>TINDAKAN
weda                         umat                            Budaya                       Respon                     Prilaku
sebagai                       Hindu                           yang                           oleh                          Umat
ssumber                                                  beranekaragam           pelaku budaya                 Beragama
ajaran                                                                                         dalam agama
Hindu

Sumber: Sutisna.2001:207
Penjelasan Bagan:
Weda sebagai sumber ajaran hindu memberikan kaidah-kaidah dalam melaksanakan praktek beragama, dimana umat hindu sebagai pelaku dalam melaksanakan praktek agama di sesuaikan dengan kehidupan budaya sehingga pelaksanaan ajaran agama di dampingi dengan kehidupan budaya dari suatu daerah yang terikat akan ruang dan waktu serta keadaan, sehingga dalam kehiduapn beragama hindu dilaksanakan dalam bentuk ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh berabagai macam bentuk ritual yang  disesuaikan dengan kehidupan budaya dimana kita ketahui bahwa pelaksanaan praktek beragama dalam agama hindu multikultur tidak bersipat kaku dan menyesuaikan dengan budaya dalam suatu sistem sosial, dan hasil dari pelaksanaan kegiatan agama dalam suatu budaya menimbulkan respon dari umat beragama dan menimbulkan terjadinya perubahan prilaku umat beragama.
kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa Agama dapat diartikan sebagai suatu jalan untuk menuju kepada tuhan yang maha esa. Dalam agama hindu, agama dilaksanakan dan di implementasikan dalam suatu kehiduapn sosial melalui berankea ragma budaya yang ada pada suatu sistem siosial sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan sebuah interaksi sosial yang diperankan oleh suatu model komunikasi.model komunikasi dalam suatu kehidupan beragama yang multikultur dilakukan agar terciptanya sutu toleransi dalam kehidupan internal beragama khusnya dalam agama hindu yang di hiasi dengan kehidupan budaya yang beraneka ragam atau yang sering disebut dengan multikultural dalam beragama.
Jadi dalam hal ini penulis dapat memberikan masukan kepada seluruh pembaca khusunya umat hindu bahwa seperti yang kita ketahui Dalam agama hindu, kita sering memunculkan istilah agama hindu adalah agama yang fleksibel, namun dalam artian bahwa agama hindu sesungguhnya dapat berbaur dan disesuaikan dalam suatu praktek agama yang dilaksanakan dalam suatu sistem sosial dan dengan multikulturnya, maka agama hindu sesungguhnya adalah agama yang dapat dilaksanakan dalam berbagai macam kebudayaan, namun dalam pelaksanaanya membutuhkan sebuah komunikasi yang merupakan suatu bentuk dari interaksi sosial dan interaksi dalam agama yang multikultur agar menimbulkan toleransi yang tinggi dalam kehidupan beragama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PROSES KEMATIAN MANUSIA PADA CERITA SWARGAROHANA PARWA"