INTERAKSI SOSIAL DALAM SUATU SISTEM SOSIAL

Oleh : I Wayan Astraguna

PENDAHULUAN
gotong royong
credit by ugm.ac.id
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari proses komunikasi karena dalam kehidupan manusia selalu melakukan interaksi antara manusia satu dengan manusia lainya dalam lingkungan dimana dia tinggal. Pemahaman komunikasi dengan segala praksisnya merupakan proses keseharian manusia. Dapat dikatakan bahwa proses komunikasi merupakan proses kehidupan manusia itu sendiri. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari seluruh proses kehidupan konkrit manusiawi. Aktivitas komunikasi merupakan aktivitas manusiawi (Muh. Mufid:2010:98).

Di sisi lain, karena manusia adalah makhluk sosial maka pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, baik sendiri dalam konteks fisik maupun pada konteks soaial budaya. Terutama pada konteks sosial budaya manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan pemenuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan yang  lainnya. Karena ada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya.karena fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia di tunjukan untuk saling berkolaborasi dengan fungsi sosial manusia laiinya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat bila bermanfaat dari manusia laiinya (Burhan Bungin : 2006:26)

Berdasarkan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial di atas, maka manusia juga tidak dapat terlepas dari lingkungan di mana manusia itu hidup, dalam memperttahankan keperibadian sebagai manusia yang merupakan sosial, manusia hidup dalam suatu system dalam lingkungannya yang sering disebut dengan system masyarakat sosial. Karena manusia berada dalam suatu system kemasyarakatan, maka kehidupan bermasyarakat memerlukan suatu tatanan hidup yang biasa disebut dengan strktur masyarakat, dalam hal menjalakan kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan hakikat manusia di atas dalam pengertian sebagai makhkuk sosial, maka dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji kehidupan masyarakat dalam sebuah struktur masyarakat.

PEMBAHASAN
Struktur Masyarakat
1.  Kelompok Sosial

Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok, Naluri kelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan manusia lain di sekelilingnya bahkan mendorong manusia menyatu dengan alam fisiknya, untuk memenuhi naluriah manusia ini, maka setiap manusia saat melakukan proses keterlibatannya dengan orang dan lingkungannya, proses ini dinamakan adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkngan tadi; manusia lain dan alam sekitarnya itu melahirkan struktur sosial baru yang disebut dengan kelompok sosial.

Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif yang hidup secara guyub. Adapun juga beberapa kelompok sosial yang dibentuk secara formal dan memiliki aturan-aturan yang jelas. Berdasarkan struktur kelompok dan proses sosialnya, maka kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa karakter yang penting.

TIPE KELOMPOK SOSIAL
1. Kelompok Formal-Sekunder
Adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat sekunder, bersifat formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas, serta dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas pula. Kelompok sosial formal sekunder memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.       Adanya kesadaran anggota bahwa ia adalah sebagian dari kelompok-kelompok yang bersangkutan

b.      Setiap anggota memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya dan bersedia melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka.

c.       Setiap anggota kelompok menyadari memiliki fungsi-fungsi jebersamaan diantara mereka, dimana kebersamaan ini mendorong kehosifitas kelompok itu sendiri.

d.      Kelompok sosial ini memiliki struktur yang jelas dan tegas, termasuk juga prosedur suksesi dan kaderisas.

e.       Memiliki aturan yang meningkat setiap anggota kelompok dalam struktur yang ada termasuk juga mengatur mekanisme struktur dan sebagainya.

f.        Anggota dalam kelompok formal-sekunder memiliki pola dan pedoman perilaku sebagaimana diatur oleh kelompok secara umum

g.      Kelompok sosial ini memiliki sistem kerja yang berpola, berstruktur, dan berproses dalam mencaai tujuan-tujuan kelompok.

h.      Kelompok sosial formal-sekunder memiliki kekuatan mempertahankan diri, mengubah diri (adaptasi), rehabilitasi diri, serta kemampuan menyerang kelompok lain.

i.        Kelompok sosial formal-sekunder memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

2. Kelompok Formal-Primer
Adalah kelompok  sosial yang umumnya bersifat formal namun memiliki aturan yang jelas, walaupun tidak dikerjakan secara tegas, begitu juga kelompok sosial ini memiliki struktur yang tegas walaupun struktur-struktur itu diimplementasikan secara guyub. Terbentuknya kelompok ini berdasarkan oleh tujuan-tujuan yang jelas maupun tujuan yang abstrak . contoh dari keluarga formal-prmer dalah keluarga inti, kelompok kekerabatan, dan kelompok-kelompok primordial.

Secara umum kelompok formal-primer memiliki sifat yang dimiliki oelh kelompok formal sekunder, seperti (a) setia anggota yang sadar menjadi bagian dari kelompok yang bersangkutan. (b) setiap anggota memiliki hubungan timbal balik dengan lainnya yang terjadi secara intensif dan bersedia melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka .hubungan sosial kelompok formal-primer yang bersifat sangat mendasar, penuh dengan cinta dan kasih sayang serta persaudaraan yang sangat erat. (c) setiap anggota kelompok menyadari memiliki faktor kesamaan diantara mereka yang mendorong kehosifitas kelompok itu sendiri.namun faktor  yang paling utama adalah hubungan darah dan perkawinan yang terjadi diantara mereka. (d) kelompok formal-primer memiliki struktur yang jelas dan tegas yang bersifat kekal selama kelompok tersebut ada. (e) memiliki aturan formal yang mengikat setiap anggota kelompok dalam struktur dan sebagainya walaupun implementasinya tidak secara tegas dan formal. (f) anggota dalam kelompok formal-primer memiliki pola dan pedoman sebagiamana yang diatur oleh kelomppok secara bersama-sama. (g) kelompok sosial formal-prime yang tinggal diperkotaan memiliki sistem kerja yang yang berpola. (h) kelompok formal-primer relatif memiliki kekuatan pertahanan diri, mengubah diri (adaptasi), rehabilitasi  diri (i) kelompok formal-primer, khusunya keluarga inti memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan oleh faktor-faktor internal dan eksternal.



3.      Kelompok Informal-Sekunder (C).

Adalah kelompok sosial yang umumnya informal namun keberadaannya bersifat sekunder, kelompok ini bersifat tidak meningkat, tidak memiliki aturan dan struktur ang tegas serta dibentuk berdasarkan sesaat dan tidak mengikat bahkan bisa terbentuk walaupun memiliki tuhuan yang kurang jelas, contohnya kelompok ini adalah klik, kelompok persahabatan, kelompok anak muda (Geng), kelompok percintaan (pacaran) dan semacamnya.



Kelompok Infermal-Primer (D).
Adalah kelompok sosial yang terjadi akibat meleburnya sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabka karena pembentukan sifat-sifat diluar kelompok formal-primer yang tidak dapat ditampung oleh elompok Formal-primer, kelompok ini juga merupakan bentuk lain dati kelompok formal-sekunder.

Ilustrasi dari kelompok ini adalah sebagai berikut; suatu saat seorang Polisi dari Surabaya yang baru lulus  sekolah Polisi di Sukabumi dikirim tigas disuatu daerah transmigrasi di Lampung, disana ia bertugas bersama Polisi lainnya yang juga baru lulus sekolah Polisi di Porong, Jawa Timur. Bersama-sama Polisi lainnya mereka bertugas yang baru itu hubungan-hubungan sosial yang mereka bangun begitu mendasar, penuh dengan persaudaraan, dan bahkan dalam pernyataan-pernyataan mereka, mereka mengatakan bahwa mereka dalah saudara dalam kenyataan juga demikian hubungan sosial antara anggota kelurga (istri dan anak) mereka sangat akrab dan intensif berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan-hubungan sosial macam ini terus berjalan hingga mereka dewasa, bahkan salah satu keluarga mereka telah menjadi keluarga formal dan menjalani kehidupan kelompok macam itu sebagaimana kehidupan sosial keluarga lainnya.

Selain empat tipe kelompok sosial diatas, tipe lain dari kelompok sosial dapatpula berdasarkan atas jumlah (besar kecilnya jumlah anggota) wilayah (desa, kota, negara), kepentingan (tetap atau permanen atau sementara), derajat interaksi (erat dan kurang eratnya hubungan) atau kombinasi dari kuran yang ada.

Pada umumnya kelompok sosial diatas adalah kelompok sosial yang diatur, artinya muda diamati dan memiliki struktur yang relatif jelas, adapun kelompok sosial yang tidak teratur, artinya sulit diamati strukturnya dan sifatnya sementara seperti kerumunan dan publik. Kerumunan (crowd) merupakan kelompok manusia yang terbentuk secara kebetulan, tiba-tiba (suddenly) dalam suatu tempat dan waktu yang sama karena kebetulan memiliki pusat perhatian yang sama.

Sebagaimana kenyataannya, bahwa manusia pada awalnya lahir dalam kelompok formal-primer yaitu keluarga, dimana kelompok ini disebut sebagai satu dari jenis kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu. Isolasi kehidupan individu dalam keluarga tak bertahan lama, karena seirama dengan perkembangan fisik, intelektual, pengalaman dan kesempatan idividu mulai melepas hubungan-hubungan keluarga dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan  tujuan, kepentingan dan aspirasi lainnya.

Pergaulan dalam kelompok tersebut mempengaruhi dan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang melembaga bagi setiap anggota kelompok, kebiasaan itu menciptakan pola prilaku yang dilakukan terus-menerus. Prilaku yang sudah berpola-pola itu akan membentuk sikap setiap anggota kelompok, kebiasan yang melembaga, perilaku, dan sikap tersebut berjalan secara simultan dan diantara individu dan kelompok.

Lebih jauh lagi proses sosial semacam ini oleh Berger dan Lukemaan mengatakan sebagai kontruksi yang terjadi secara simultan dalam tiga proses, yaitu ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Sehingga pada tahap berikutnya individu akan menginternalisasikan aemua sikap da prilaku yang diperoleh dari kelompoknya dalam kehidupan pribadinya.



2.1.2              Lembaga (Pranata) Sosial

Lembaga (pranata) sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan prosesproses sosial memungkinkan setiap struktur dan fungsi serta harapan-harapan setiap anggota dalam masyarakat dapat berjalan dan memenuhi harapan sebagaimana yang disepakati bersama. Dengan kata lain lembaga sosial digunakan untuk menciptakan kettiban (order)

Wujud konkret dari pranata sosial adalah aturan, norma, adat istiadat, dan semacamnya yang mengatur kebutuhan masyarakat dan telah terinternalisasi dalam kehidupan manusia, dengan kata lain pranata sosial adalah sistem norma yang telah melembaga atau menjadi kelembagaan di suatu masyaraka. Mislanya kebutuhan orang terhadap penyakit, menghasilkan kedokteran, erdukunan, penyembuhan alternatif, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bagi anak-anaknya, sekolah menengah, erguruan tinggi dan lainnya. Kebutuhan akan keindahan, memimbulkan kesusastraan, kesian, kebutuhan kesehatan, kedokteran, kecantikan dan lainnya.



2.1.3     Stratifikasi Sosial (social strafiticaton)

Stratifikasi atau strata sosial adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di dalam masyarakat.lapisan sosila mennunjukan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari ang terendah sampai yang tinggi. Secara fungsional, sistem produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di strata, dimana sistem produksi tersebut mendukung secara fugsional strata.

Menurut pitirim sorokim yang dikutip dari soekarno, social  strafiticaton adalah pembedaan penduduk dan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat (soekarno, 2002;228), yaitu kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah. Setiap masyrakat mempunyai setiap lapisan mulai dari sederhana hingga yang rumit, tergantung dengan teknologi yang dikuasai masyarakat tersebut. Dalam masyarakat yang komplek, maka perbedaan kedudukan dan peranan bersifat komplek.

Secara umum, strata sosial dimasyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari 3 tingkat yaitu atas (upper class), menengah (middel class), dan bawah (lower class). Kelas atas mewakili kelompok elit dimasyarakat yang jumlahnya terbatas. Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok kerja, wiraswatawan, pedagang, dan kelompok fungsional yang lain sedangkan kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas dll. Secara khusus, kelas sosial ini terjadi karena lingkungan khusus pada bidang tertentu sehingga konten farian strata sosial sangat fesifik berlaku pada lingkungan itu.

Kelas sosial dengan strata sosial tertentu ada kalanya terbentuk dengan sendirinya, adapula di bentuk berdasarkan bentuknya, strata sosial yang terbentuk dengan sendirinya adalah berdasarkan pada kepandaian tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat, harta dalam batas-batas tertentu.seangka strata kelas sosial yang dibentuk berdasarkan tujuan tertentu adalah seperti pemimpin dan yang dipimpin, yang memiliki kekayaan dan yang tidak, dan memiliki kekuasaan atau yang rakyat biasa.

Dasar pembentukkan kelas sosial adalah (a) ukuran kekayaan ; (b) ukuran kepercayaan; (c) besar kekuasaan; (d) ukuran kehormatan; (e) ukuran ilmu pengetahuan dan pendidikan



2.1.4     Mobilitas Sosial (social mobility)

Menurut Horton dan Hunt (Naroko dan Suyanto, 2004: 188), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.mobilitas bisa merupakan peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok.

Pak Hartono adalah direktur pemasaran disebuah perusahaan televisi swasta di Jakarta, setiap harinya ia mengepali Departemennya yang terdiri dari 3 orang wakil Direktur dan 150 orang bawahan yang berkerja dilapangan.selain diberikan fasilitas mobil dinas dan asuransi kesehatan pendapat Hartono sebulannya mencapai Rp. 15 juta rupiah.pada bulan Juni 2005, dengan terpaksa Pak hartono harus kehilangan pekerjanya, karena perusahaannya tak mampu lagi membayar karena hartono dianggap tidak produktif oleh pemilik perusahaan.

Pada mulanya hartono menolak namun tidak ada pilihan lain selain PHK apabila ia tidak pindah ke Yogyakarta satu bulan Pak hartono memutuskan menerima tugas barunya di Yogyakarta sebagai staff di unit asuransi yang ada hubungan pekerjaannya dulu di Jakarta

Pada cerita lain Pak umar adalah seorang kapten kapal yang bertugas menahkodai kapal dagang antar pulau dari Surabaya ke Ambon, pak Umar telah bekerja di perusahaan yang meliki kapal tersebut dalam 5 tahun, pada suatu hari karena perusahaan membeli kapal baru , dengan tipe kapal yang sama dengan kapal sekaran yang di nakodahi oleh pak umar sekarang, kapal yang baru ini diserahkan kepada pak Umar untuk di Nahkodai, karena perusahaan belum percaya pada kapten lainnya untuk urusan-urusan baru seperti saat ini.

Kisah hartono ini adalah sebuah cerita seseorang yang mengalami turun kelas sosial, dari seorang Direktur menjadi seorang staf disebuah kantor dan diperusahaan.sedangkan cerita pak umar, yang terjadi adalah sebuah proses mobilitas horizontal. Banyak kisah yang bisa kita saksikan dalam masyarakat bagaimana seeorang naik turun kelas dari strata sosial , termasuk pula yang mengalami mobilitas horizontal.



2.1.5              Kebudayaan (Culture)

Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktifitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oelh manusia bersama masyarakatnya.

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sang sekerta budha yang merupakan kata jamak dari Budh yang berarti budi (akal). Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi akal” (koentjaraningrat,1979;195.)

koentjaraningrat (Soekarno, 2003:172) culture mempunyai arti dengan kebudaan yang berasal dari colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani.

Sistem kebudayaan (culture) adalah produk dari sebuah rangkain proses sosial yang dijalankan oleh manusia dengan segala aktivitas seperti dijelaskan diatas, sejalan dengan selosoemardjan dan soelaiman soemardi (soekanto, 2002; 173),  bahwa kebudaan dari semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

E.b taylor (saifudin, 2005;282), juga memukakan hal yang sama bahwa kebudayaan adalah totalitas pengalaman manusia yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kapabilitas, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang dimiliki oelh manusia sebagai anggota masyarakat.

C.kluchkhon menghimpun dan menerbitkan kembali 164 devinisi kebudayaan yang dikelompokkan menjadi 6; Deskriptif, historikal, normatif, psikologis, struktural dan genetik (saifudin, 2005;283), kluchkhon melalui universal categories of culture 19530 merumuskan 7 unsur kebudayaan universal (coentjaraningrat, 1979:218), yaitu:

1)      sistem teknologi yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia

2)      sistem mata pencarian hidup dan sistem-sistem ekonomi

3)       sistem kemasyarakatan

4)      bahasa (lisan dan tertulis)

5)      kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dll)

6)      sistem pengetahuan

7)      religi (sistem kepercayaan)



Melville J. Herskovits (soekarno;2002:175) mengajuakn 4 unsur pokok kebudayaan yaitu:

a.             Alat-alat tekhnologi;

b.            Sistem ekonomi;

c.             Keluarga;

d.            Kekuasan politik;



Sedangkan bronislaw malinowski, menyebutkan unsur-unsur kebudayaan adalah:

a.          Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota masyarakat dalam menguasai alam sekelilingnya;

b.         Organisasi ekonomi;

c.          Alat-alat dan lembaga pendidikan, termasuk keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama;

d.         Organisasi kekuatan (soekanto, 2002;176);



Berdasarkan uraian yang diatas serta pengembangan konsep-konsep lain tentang kebudayaan kontemporer, maka kebudayaan universal memiliki unsur-unsur penting lainnya yang luas, sebagai berikut:

a.          Sistem tekhnologi;

b.         Sistem pencarian hidup (sistem ekonomi produksi);

c.          Sistem sosial;

d.         Sistem bahasa;

e.          Sistem kesenian;

f.           Sistem ilmu pengetahuan;

g.         Sistem religi;

h.         Sistem pertahanan dan kekuasaan;

i.           Sistem norma dan aturan;

j.           Sistem pendidikan;

k.         Sistem kesehatan; dan

l.           Sistem pertahanan (kekuatan).



Sehubungan dengan itu pula, J.J.Nikmann dalam bukunya the word of man (1951) dalam koentjaraningrat (1979;200), mengatakan ada 3 gejala yaitu:

1.      Ideas;

2.      Aktivitis;

3.      Artifacts;

Sehubungan dengan itu, maka koentjaraningrat (1979;2010), mengatakan ada 3 wujud kebudayaan, yaitu wujud kebudayaan sebagai totalitas dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan dll



2.2      Proses dan interaksi sosial

Bentuk social dinamit yang dimaksud oleh August comt seperti yang dijelaskan diatas, sama dengan yang dimaksud dengan struktur dinamis dalam masyarakat. Struktur dinamis ini dilihat memiliki kemiripan dengan proses sosial. Proses sosial yg dimaksut adalah individu,kelompok,dan masyarakat bertemu,berinteraksi dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistem-sistem sosial dan pranata sosialserta semua aspek kebudayaan.

Kontak sosial
Menurut Soeryono Soekanto (2002;65), kontak sosial berasal dari bahasa latin cont atau cunt (bersama-sama) dan tango (menyentuh), menjadi, artinya secara harfiah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya hubungan fisical, sebagai gejala sosial yaitu bukan semata-mata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam 5 bentuk yaitu:

a.       Dalam bentuk sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang perorang.proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang yang mempelajari norma-norma yang tejadi dimasyarakatnya.

b.      Antara orang perorang suatu kelompok masyarakat atau sebaliknya.

c.       Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat atau sebaliknya

d.      Antara orang perorang atau masyarakat gelobal di dunia internasional

e.       Anatara orang perorang, kelompok, masyarakat dan dunia global, diaman kontak sosial terjadi antara mereka.



Kehidupan seseorang saat ini telah masuk pada dunia yang serba pilihan, seseorang dapat memilih ia hidup dalam kelompok atau ia hidup dalam masyarakat, bahkan ia boleh hidup dalam sebuah dunia yang global.seseorang juga dapat memilih hidup dalam masyarakat lokal atau memilih hidup dalam masyarakat global, bahkan boleh hidup dalam dunia tersebut yaitu  glokal (global lokal), maka kontak-konta sosial menjadi saat majemuk dan rumit.

2     Komunikasi

Sosialisasi menjelaskan komunikasi sebagai proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang (I) terhadap informasi, sikap dan prilaku (II) lain yang berbentuk perlakukan, gerak gerik, atau sikap perilaku  dan perasaa-perasaan, sehingga seseorang (I) membuat reaksi-reaksi terhadap informasi sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah ia (I) alami.

Contoh, seorang pria memberikan bunga kepada seorang gadis. Pemberian tersebut ditafsirkan sebagai cinta, persahabatan, perdamaian, simpati dll. Dalam komunikasi ada 3 unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receifer), saluran (media), dan penerimaan informasi (audience).

Selain 3 unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi yang diterimanya itu.pemaknaan kepada informasi bersifat subjektif dan kontekstual.subjektif, artinya masing-masing pihak (sumber informasi dan audience) memiliki fasilitas untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang diterimanya



2.3      Proses Interaksi Sosial

Adapun proses interaksi sosial Menurut Gillin dan Gillin dalam soekanto (2002;71-104), menjelaskan bahwa ada 2 golongan proses sosial akibat sebagai akibat dalam interaksi sosial, yaitu proses sosial  asosiatif dan proses sosial disosiatif.



Proses asosiatif
Dimaksud dengan Proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan timbal balik antara orang dan orang atau kelompok 1 dengan lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama.

a.       Kerjasama (cooperation)

adalah usaha bersama antara individu atau kelompok yang mencapai 1 atau beberapa tujuan bersama.proses terjadinya cooperation lahir apabila diantara individu atau kelompok tertentu manyadari adanya kepentingan dengan ancaman yang sama.ada beberapa bentuk cooperation:

1.      Gotong royong dan kerja bakti

Gotong royong adalah sebuah proses cooperation yang terjadi di masyarakat perdesaan, dimana proses ini menghasilkan aktivitas tolong menolong pertukaran tenaga serta barang dan emosional  dalam bentuk timbal balik diantara mereka.

2.      Bargaining

Bargaining adalah proses cooperation dalam bentuk perjanjian pertukaran kepentingan, kekasaan, barang-barang maupun jasa antara dua organisasi atau lebih yang terjadi dibidang politik, budaya, ekonomi, hukum, maupun militer.

3.      Co-optation

Co-optation adalah proses cooperation yang terjadi diantara individu dan kelompok yang terlibat dalam sebuah organisasi atau negara dimana terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menciptakan stabilitas

4.      Coalition 

Coalition yaitu, 2 organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama melakukan kerja sama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.

5.      Joint-fenture

Joint-fenture yaitu kerjasama 2 atau lebih organisasi perusahaan dibidang bisnis untuk pekerjaan proyek-proyek tertentu.

b.      Accomodation

Accomodation adalah proses sosial dengan 2 makna, pertama adalah proses sosial yang menunjukan pada suatu keadaan yang seimbang (ekuilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan antar kelompok didalam masyarakat , terutama yang ada hubungannya dengan norma-norma dan nlai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Bentuk-bentuk accomodation yaitu:

1.      Ccorsion, yaitu bentuk accomodation yang terjadi adanya paksaan maupun kekerasa secara fisik atau psikologi

2.      Compromise, yaitu bentuk accomodation yang dicapai kaena masing-masing pihak yang terlibat dalam proses ini saling mengurangi tuntunannya agar tercapai penyelesaian dalam pihak ketiga atau badan yang kedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.

3.      Mediation yaitu accomodation yang dilakukan melalui penyelesaian oelh pihak ketiga yang netral.

4.      Conciliation yaitu bentuk accomodation yang terjadi melalui usaha untuk mempertemukan keinginan dari piha yang berselisih.

5.      Toleration, yaitu pencapaian accomodation secara tidak formal dan dikarenakan adanya pihak-pihak yang mencoba untuk menghindari diri dari pertikaian.

6.      sttalemate, yaitu bentuk acoomodation dimana pihak-pihak yang bertikai dan mempunyai kekuatan yang sama berhenti pada satu titik tertentu dan masing-masing diantara mereka menahan diri.

7.      Adjucation, dimana berbagai usaha accomodation yang dilakukan mengalami jalan buntu sehingga penyelesaiannya menggunakan jalan pengadilan.

Proses sosial tidak terjadi sampai disitu, karena accomodation berlanjut pada proses berikutnya yaitu asimilasi,yaitu suatu proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai akibat dari proses sosial,kemudian menghasilkan budaya tersendiri yang berbeda dengan budaya asalnya. Proses asimilasi dapat terjadi apabila adanya:

1.      Kelompok-kelompok yg berbeda kebudayaan;

2.      Individu sebagai warga kelompok bergaul satu dengan lainnya secara intensif untuk waktu yg relatif lama;

3.      Kebudayaan dari masing-masing kelompok saling menyesuaikan satu dengan yang lainnya;

4.      Menghasilkan budaya yg berbeda dengan budaya induknya;

Proses asimilasi ini sangat penting dlam kehidupan masyarakat yang individunya berbeda secara kultural, sebab asimilasi yang baik akan menghasilkan budaya-budaya yang dapat diterima dalam anggota kelompok dalam masyarakat.



2.      Proses disosiatif

Proses disosiatif merupakan proses perlawanan atau opasis yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial diantara mereka pada suatu masyarakat.bentuk-bentuk proses Proses disosiatif adalah persaingan,kompetisi,dan konflik.

a.       Persaingan (competition) adalah proses sosial,dimana individu atau kelompok-kelompok berjuang dan bersaing untuk mencapai keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian pblik, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b.      Controfertion adalah proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontrofersi adalah proses sosial dimana terjadi pertentangan pada tataran konsep dan wacana,sedangkan pertentangan atau pertikaian telah memasuki unsur-unsur kekerasan dalam proses sosilnya.

c.       Conflict adalah proses sosial dimana individu ataupun klompok menyadari memiliki perbeaan-perbedaan, misalnya dalam ciri badaniah,emosi,unsur-unsur kebudayaan,pola-pola prilaku,prinsip,politik,ideologi maupun kepentingan dengan pihak lain perbedaan ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yg ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian dimana pertikaian itu sendiri dapat menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik.



Simpulan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam lingkungannya, dia membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya, manusia hidup secara berkelompok dan kelompok itu sering disebut dengan masyarakat. Kehidupan sosial dalam masyarakat membutuhkan suatu penataan agar terjadi kerukunan dalam masyarakat. Tatanan tersebut disebut dengan struktur masyarakat. Dalam struktur masyarakat terdiri dari kelompok sosial, lembaga (Pranata) sosial, Stratifikasi sosial, mobilitas sosial serta kebudayaan dimana terjadi proses sosial yang mencangkup kontak sosial dan komunikasi dan secara bersama berjalan dalam proses interaksi sosial yang disebut dengan proses Asosiatif dan disasosiatif.



Daftar Pustaka



Bungin, Burhan.2006.”Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat”. Kencana Prenada Media Group : Jakarta  

Mufid, Muhamad.2009.”Etika dan Filsafat Komunikasi”  Kencana Prenada Media Group : Jakarta   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PROSES KEMATIAN MANUSIA PADA CERITA SWARGAROHANA PARWA"