Rangkaian Pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan
Umat Hindu di bali khususnya tidak asing lagi dengan perayaan hari raya galungan dan kuningann. Pelaksanaan rangkaian hari raya galungan tidak terlepas dari tuntunanan sastra suci hindu yaitu yang termuat pada lontar Sundarigama. Disebutkan :
‘Budha Kliwon Dungulan Ngaran
Galungan Patitis Ikang Janyana
Samdhi, galang apadang
Mamryakena sarwa byapaning idep”
Artinya:
Rabu Kliwon Dungulan Namanya galungan. Arahkan untuk bersatu rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan fikiran.
Pelaksanaan rangkaian hari raya galungan kredit baliexpress.jawapos.com |
Secara singkat rangkaian perayaan hari raya galungan dimulai dari perayaan Tumpek Wariga yang dirayakan 25 hari sebelum perayaan hari raya galungan tepatnya Saniscara Kliwon Wulku Wariga yang dalam filosofi hindu bali merupakan upacara keagamaan yang bertujuan untuk memuliakan tumbuh-tumbuhan, dimana tumbuh-tumbuhan di alam semesta ini memberikan dampak langsung terhadap kehidupan manusia dan juga dengan perayaan hari Tumpek Wariga ini, manusia berharap bahwa tumbuh-tumbuhan menghasilakn buah yang melimpah untuk dapat dapat dihaturkan dalam pelaksanaan hari raya galungan.
Setelah pelaksanaan Tumpek Wariga, umat hindu bali juga merayakan hari raya Sugihan Jawa, upacara ini dilaksanakan 6 Hari sebelum menjelang hari raya galungan, tepatnya pada Waraspati Wage, uku Sungsang. secara epistimologi, Sugihan Jawa memiliki makna unutk menyucikan segala yang ada di luar diri manusia, dalam hal ini adalam menyucikan Bhuana Agung (Alam Semesta), Setelah pelaksanaan Hari Suci Sugihan Jawa, Maka besoknya atau 5 Hari sebelum Perayaan Hari Raya Galungan, dilaksanakan juga sugihan Bali yang jatuh pada Sukra Kliwon Sungsang. secara epistimologi Sugihan Bali memiliki makna untuk menyucian Bhuana Alit (diri manusia). 3 hari sebelum perayaan hari raya galungan disebut juga dengan Penyekeban, yang memiliki makna bahwa manusia harus merenungi segala perbuatan dan mengarahkan diri pada tingkat kesucian hati dan fikirian dan menghidanri perbuatan-perbuatan yang bertentangnan dengan Moral, Etika dan Agama. Selanajutnya dua hari menjelng pelaksanaan hari raya galungan, disebut dengan Penyajan. Penyajan berasal dari kata sajan yang dalam hal ini ‘sajan’ berarti sunguh-sungguh. Dengan demikian secara filosofi memiliki makna bahwa manusia sudah memantapkan hati untuk merayakan hari raya galungan. Satu hari sebelum galungan disebut penampahan yang jatuh pada hari Selasa (anggara) wage uku dungulan. Penampahan dimaknai sebagai pengukapan rasa syukur terhadap anugrah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan ditandai dengan mendirikan Penjor. Dalam perayaan Penampahan terdapat juga Tradisi menyembelih Babi sebagai pelengkap upacara, hal ini memiliki makna bahwa secara simbolis babi maknai sebagai Hewan Yang tergolong tamas (pemalas), sehingga memotong babi memiliki makna untuk menghapuskan sifat-sifat tamas yang menyelimuti Bhuana Agung ataupun Bhuana Alit serta melenyapkan sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
Budha Kliwon dungulan, adalah perayaan hari raya galungan, pelaksanan hari raya galungan dimulai dari pagi hari diawali dengan pelaksanaan persembahyangan di rumah masing-masing dan melaksanakan persembahyangan berasama di Pura sekitar, persembahyangan di pura selain untuk memuja keagungan Tuhan juga untuk berinteraksi dengan masyarakat dan umat sedharma sehingga timbulah rasa kebahagiaan yang sama dalam merayakan kemenangan Dharma. Yang terpenting dalam perayaan galungan adalah setiap manusia hendaknya selalu Eling atau menyadarkan diri untuk senantiasa melakukan perbuatan yang tidak bertentangan dengan Dharma. Sehari setelah galungan disebut dengan Umanis Galungan. Umanis galungan dimanfaatkan untuk mengunjungi senak saudara dalam hal ini menjalin kualitas komunikasi dan intreaksi yang lebih baik sehingga tidak ada benih-benih kebencian antar sesama manusia sehingga menimbulkan keharmonisan dalam menjaga kelestarian Bhuana Agung dan semua hidup dalam lingkaran Prema (kasih sayang).
Ada beberapa rangkaian upacara lagi setelah perayaan hari raya galungan yaitu 3 hari setelah galungan yang disebut dengan Pemaridan Guru, empat hari setelah galungan disebut dengan Ulihan, Pemacekan Agung dilaksanakan senin/soma Kliwon dan 10 Hari setelah galungan yang disebut dengan hari raya suci Kuningan. Perayaan hari suci kuningan ini ditandai dengan memasang Tanyang dan Endong serta Kolem. Tamyang dimaknai sebagai simbol Cakra yang merupakan senjata dari Dewa Wisnu, Kolem disimbolkan sebagai senjata Dewa Mahadewa dan dan Endong disimbolkan sebagai kantong perbekalan yang digunakan oleh para dewa dan leluhur kita dalam berperang melawan Adharma.
Rangkain acara terakhir dari perayaan hari raya galungan dan Kuningan adalah Hari Pegat Wakan. Pegat Wakan Dilaksanan saebulan setelah galungan yaitu Budha Kliwon Pahang. Akhir dari perayaan hari raya suci galungan dan kuningan. Pada hari Pegat Wakan, umat Hindu sudah boleh mencabut penjor dan berakhir sudah rangkaian perayaan hari raya galungan dan Kuningan.
Komentar
Posting Komentar